Tantangan Hari ke 69

#TantanganGurusiana

Gurusianer mungkin pernah menyaksikan atau mendengar salah satu program televisi yang dibawakan oleh seorang laki-laki dengan kepala plontos ?

Deni Panca, namanya kalau saya tidak salah dan judul programnya Uji Nyali.

Program ini menayangkan tentang peserta yang mengikuti tantangan uji nyali untuk duduk beberapa saat di tempat yang dikenal seram atau angker. Bagi peserta yang tidak sanggup dan mulai merasakan ketakutan, ia dapat melambaikan tangan ke arah kamera. Dengan konsekwensi ia telah gagal menghadapi tantangan.

Namun sebaliknya, bagi peserta yang berhasil bertahan dengan kurun waktu yang telah ditentukan, maka ia menjadi pemenangnya.

Begitu juga yang saya rasakan dalam menghadapi tantangan 30 hari menulis di Gurusiana ini. Bagi peserta yang bisa bertahan sampai 30 hari, Pak Kumendan memberikan reward berupa piagam biru dan berhak mengikuti lomba menulis antologi pada bulan berikutnya.

Satu hari saja terlewatkan tidak mengirim tulisan, maka dianggap gagal dan harus mengulang kembali ke hari pertama...sakitnya tuh disini (Sambil ngurut dada)

Makanya tantangan gurusiana ini saya sebut sebagai uji nyali. Hanya yang bernyali kuatlah yang bisa mengikutinya. Karena menghadapi tantangan ini, kita juga harus melawan diri sendiri. Melawan rasa malas menulis dengan alasan kesibukan, tidak ada waktu menulis, bahkan ada yang mundur dari tantangan karena tidak ada yang membaca tulisannya.

Saya angkat topi dengan beberapa gurusianer yang pantang menyerah. Meskipun harus remedi beberapa kali ia tetap semangat melanjutkan tantangan ini.

Alhamdulillah saya sudah memasuki tantangan hari ke 69, menuju piagam emas. Semoga nyali saya masih kuat melanjutkannya sampai ke garis finish.

Ayo para gurusianer semua, kuatkan nyali kita menghadapi tantangan 90 hari menulis di Gurusiana, agar bisa mengikuti lomba setiap bulannya.

Tetaplah menulis...menulis...dan menulis

Rumahku, 23 Maret 2020.