Desi Fatma

Penilik Pendidikan Anak Usia Dini pada Dinas Pendidikan Kota Solok Sumatera Barat. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mekarnya Si Teratai Putih (Part 1)
Sumber gambar : bukalapak.com

Mekarnya Si Teratai Putih (Part 1)

By : Desi Fatma

Tantangan Hari ke 64

#TantanganGurusiana

Semilir angin sore memainkan ujung jilbab lebar Arini. Air kolam yang tenang pun ikut beriak. Mata Arini tak lepas memandangi kuncup teratai putih yang belum mekar. Arini sangat menyukai teratai. Hampir setiap sore sepulang kerja ia akan menghabiskan waktunya duduk di pinggir kolam kecil di taman ini.

Teratai bagi Arini bagaikan gambaran hidupnya. Bunga indah dengan warna yang sangat cantik. Namun berbunga hanya diatas air yang berlumpur. Seperti hidupnya yang sangat keras. Ia yang terlahir di lingkungan yang serba kekurangan. Rumah sederhana yang dipenuhi dengan onggokan barang-barang hasil memulung. Rumah kecil di gang sempit yang terletak di pinggiran ibu kota. Tetapi ia tetap terlihat cantik meskipun berada di tempat yang sederhana.

Ayahnya hanyalah seorang buruh pabrik sabun yang tak jauh dari pemukiman mereka. Selain sebagai buruh, ayahnya juga mengumpulkan barang-barang bekas sebagai tambahan gajinya yang tak seberapa. Sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Pak Nanang, pemilik mini market dimana Arini sekarang bekerja. Meskipun hidup mereka serba kekurangan, namun mereka tidak pernah mengeluh. Karena mereka percaya dengan jalan yang sudah di takdirkan Allah.

Arini anak tertua dengan dua adiknya yang sudah beranjak dewasa. Umur mereka tidak jauh beda. Saat ini Arini sudah berumur 27 tahun, sedangkan dua adiknya Sarah dan Nina berumur 25 dan 23 tahun. Sarah sudah berkeluarga dan tidak tinggal bersama mereka lagi. Karena adiknya sudah berkeluarga terlebih dahulu, Arini sering menjadi pembicaraan orang-orang di sekitarnya.

Seperti yang terjadi pagi ini, saat Arini akan berangkat bekerja. Salah seorang tetangganya yang juga merupakan teman kecilnya menyapa Arini dan kembali menanyakan kapan akan menikah dan punya anak sepertinya.

“Mau berangkat kerja, ya Arini,” sapa Rianti sambil mengendong anaknya.

“Iya Rianti, mari saya duluan” jawab Arini sambil tersenyum.

”Tunggu Rin, ada yang mau aku tanyakan.” Rianti berusaha mencegah langkah Arini.

“Mau tanya apa ya,Ti,” tanya Arini.

“Maaf ini ya, aku cuma mau tanya kapan kamu menikah ?”

“Di kampung ini, tinggal kamu sendiri lo, yang belum menikah. Teman- teman kita yang lain sudah pada punya anak” lanjut Rianti.

Masih dengan senyum yang menghiasi bibirnya Arini menjawab, “Rezeki, jodoh dan maut semua sudah diatur yang Maha Kuasa, kita tinggal menjalaninya saja.”

“Iya, aku tahu jangan sampai kamu jadi perawan tua lo. Apalagi dengan penampilanmu yang selalu memakai gamis dan jilbab lebar.”

“Mana ada laki-laki yang mau dengan wanita yang tertutup rapat sepertimu.” Rianti melanjutkan celotehannya.

Lagi-lagi Arini hanya tersenyum.

“Maaf ya Rianti, aku berangkat kerja dulu takut kesiangan,” ucap Arini sambil melanjutkan perjalanannya.

Kadang –kadang Arini juga terpengaruh dengan omongan tetangganya. Ia pun sempat berpikir kalau penampilan dengan pakaian syar’i ini menghambat jodohnya. Namun ibu selalu menguatkan bahwa semua sudah diatur yang Maha Kuasa.

Aku berpakaian seperti ini sebagai bentuk ketaatan pada Rabb-ku, batin Arini.

Lompatan kodok dari atas daun teratai membuyarkan lamunan Arini. Di liriknya jam tangan bertali biru tua yang melingkar di tangan kirinya, sudah pukul enam berarti sudah satu jam ia berada di taman ini. Sudah waktunya ia kembali ke rumah. Namun ia kembali teringat dengan pesan yang dikirimkan Nina, adiknya. Nina memberitahukan kalau Beni dan keluarganya akan datang ba’da Magrib untuk mengkhitbahnya. Itu artinya ia akan kembali dilangkahi oleh adiknya.

Dengan menarik nafas panjang, Arini melangkahkan kaki menuju gang sempit rumahnya. Ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Kalau memang Allah sudah menakdirkan ia menikah setelah kedua adik-adiknya, ia akan menerimanya dengan ikhlas.

Ba’da magrib, keluarga Beni datang melamar dan diputuskan pernikahan akan dilaksanakan enam bulan lagi, tepatnya bulan Desember. Arini turut bahagia, meskipun ada sedikit goresan luka di hatinya.

Arini hanya bisa mengadukan semua yang dirasakan pada sang pemilik hati di sujud panjangnya pada sepertiga malam. Ia selalu berdoa agar diberikan imam yang bisa menjadikannya seorang bidadari di dunia dan permaisuri di syorga. Arini selalu yakin dengan janji-janji Allah. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, sebaliknya laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik.

***

#TantanganGurusiana64

Rumahku, 18 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cantik bunganya

18 Mar
Balas

Terima kasih Bu Fauziah

19 Mar



search

New Post