Desi Fatma

Penilik Pendidikan Anak Usia Dini pada Dinas Pendidikan Kota Solok Sumatera Barat. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mekarnya Si Teratai Putih (Part 2)
Sumber gambar : bukalapak.com

Mekarnya Si Teratai Putih (Part 2)

Tantangan Hari ke 65

#TantanganGurusiana

Sudah dua hari ini Arini tidak bekerja di minimarket Pak Nanang, karena ia harus menggantikan pekerjaan ibunya yang terbaring sakit. Nina menjaga ibu di rumah selama Arini bekerja. Sementara ayah mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan di pabrik.  

Pagi-pagi sekali setelah sholat Subuh Arini berangkat menuju rumah Pak Nanang yang berada di kampung sebelah. Sampai di sana ia langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Terlihat pemandangan yang berbeda di rumah besar ini.

Ada saudara Pak Nanang dari kampung, jawab Mbak Sumi, asisten rumah tangga yang tinggal bersama keluarga ini.

Setelah membantu Mbak Sumi mempersiapkan sarapan, Arini langsung menuju bagian belakang rumah untuk mencuci pakaian dan menyetrika. Ada bening di sudut matanya saat membayangkan ibu mengerjakan semua pekerjaan ini setiap hari. Jika sudah bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak ia berjanji akan membahagiakan ayah dan ibu. Mereka tidak perlu lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.  

Hari mulai menjelang siang, matahari bersinar dengan teriknya. Semua pekerjaan telah diselesaikan dengan baik. Saat akan bersiap-siap untuk pulang, Mbak Sumi menghampiri Arini.

“Arini, kamu di tunggu Pak Nanang di ruang keluarga” kata Mbak Sumi.

“Kira – kira ada apa ya Mbak ?” tanya Arini.

“Aku ndak tahu dik, sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan Pak Nanang, karena seluruh keluarganya berkumpul disana”

“Jangan-jangan kamu mau di jodohkan sama keponakannya” jawab Mbak Sumi sambil tersenyum.

“Ahhh...Mbak Sumi bisa saja. Mana ada yang mau sama saya Mbak.”

“Siapa bilang ndak ada, seandainya saya punya adik laki-laki, pasti akan saya jodohkan dengan kamu”

“Kamu itu cantik, sholeha dan sangat menyayangi keluarga” lanjut Mbak Sumi.

“Sudah ah Mbak, nanti aku besar kepala lo, di puji terus. Aku ke depan dulu ya mbak,” ucap Arini

Dengan perasaan berdebar Arini melangkahkan kaki memasuki ruang utama. Rumah besar dengan model Eropa ini terlihat sangat indah dan asri dengan taman bunga yang berada di samping kirinya. Sambil menundukkan kepala dan mengucapkan salam, Arini memasuki ruangan tersebut.

“Assalammualikum...” ucap Arini.

“Wa’alaikumussalam, ayo duduk bersama kami di sini Arini,” jawab istri Pak Nanang.

“Baik Bu, jawab Arini sambil duduk di kursi yang masih kosong dengan posisi beseberangan dengan Pak Nanang dan istrinya.

Disana juga ada keluarga Pak Nanang yang datang dari kampung. Saat Arini duduk, matanya bersirobok dengan seorang laki-laki dengan perawakan tinggi putih yang duduk di samping Pak Nanang. Cepat –cepat ia tundukkan pandangannya. Ada debaran aneh yang ia rasakan. Siapakah laki-laki itu ? Kenapa ia merasa pernah bertemu dengan laki-laki pemilik mata teduh itu ?

“Begini, Arini....” Pak Nanang memulai pembicaraan.

“Saya ingin menanyakan sesuatu padamu,”

“Apakah kamu sudah mempunyai calon pendamping ?” tanya Pak Nanang.

Arini sangat terkejut mendengar pertanyaan laki-laki yang telah banyak membantu keluarganya selama ini. Apa maksud Pak Nanang bertanya seperti itu ?

“Maaf Pak, sampai saat ini saya belum memiliki calon pendamping” jawab Arini dengan terbata.

“Alhamdulillah, tapi apakah kamu sudah siap untuk berumah tangga ?”

“Insya Allah jika ada laki-laki yang cocok, saya siap Pak” jawab Arini.

“Apakah kamu memiliki syarat atau kriteria calon pendampingmu?” Pak Nanang kembali mengajukan pertanyaan.

“Saya tidak punya kriteria khusus Pak, bagi saya selama ia seagama dan bisa menjadi imam yang baik bagi saya, Insya Allah akan saya terima”  jawab Arini.

“Baiklah Arini, saya mendapatkan sebuah amanat dari Almarhumah kakak perempuan saya, untuk menjodohkanmu dengan anak laki-laki beliau, Hamzah”

Hamzah ? Apakah laki-laki yang duduk disamping Pak Nanang ini adalah Hamzah, anak Bu Hamidah kakak perempuan beliau ? Arini mulai bertanya-tanya dalam hati.

Bu Hamidah adalah guru ngaji Arini waktu kecil dulu. Hamzah adalah anak semata wayangnya. Arini selalu bermain bersama Hamzah, namun sayang mereka harus pindah ke kampung karena kakek Hamzah meninggal dunia. Sejak saat itu, Arini tidak pernah bertemu lagi dengan mereka.

”Kamu masih ingat dengan Hamzah kan ?” Tiba-tiba Pak Nanang membuyarkan lamunannya.

“Insya Allah saya ingat Pak. Tapi saya hanya ingat wajah Hamzah saat kami masih kecil” jawabnya sambil tersenyum.

“Inilah Hamzah, teman kecilmu dulu” jawab Pak Nanang sambil merangkul laki-laki yang sedari tadi membuat Arini gelisah dengan tatapan mata teduhnya.

“Assalammualikum Arini, apa kabar,” sapa Hamzah

“Wa’alaikumussalam, Alhamdulillah baik” jawab Arini sambil memandang Hamzah. Namun ia kembali menundukkan pandangannya saat netra mereka beradu.

Pak Nanang menceritakan kalau Hamzah sekarang menjadi pengajar sekaligus pengelola pesantren peninggalan ayah dan ibunya. Sebelum ibunya wafat, ia meminta Hamzah untuk mencari Arini. Karena saat masih kecil dulu, ibunya telah berniat untuk menjodohkan Arini dan Hamzah. Selama ini Pak Nanang selalu menceritakan tentang Arini kepada Bu Hamidah tanpa sepengetahuan Arini dan Hamzah.

Sebulan kemudian, dilangsungkan pernikahan antara Arini dan Hamzah. Pesta berlangsung dengan sederhana, atas permintaan Arini dan Hamzah. Meskipun Pak Nanang telah menawarkan untuk melaksankan pesta di rumahnya. Namun mereka menolaknya dengan halus. Mereka hanya mengundang tetangga sekitar, anak yatim dan fakir miskin.

 Arini terlihat cantik dengan gaun pengantinnya. Ia terlihat sangat bahagia karena telah menemukan pemilik tulang rusuknya yang selama ini dicari-cari, yang tak lain adalah teman masa kecilnya. Akhirnya teratai putih itu mekar dengan sempurna.

 

 #TantanganGurusiana65

Rumahku, 19 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wauw...cerita yang berakhir dengan bahagia..bagus ceritanya bu

20 Mar
Balas

Terima kasih Bu Herlina. Sehat, bahagia dan sukses selalu

20 Mar



search

New Post