Desi Fatma

Penilik Pendidikan Anak Usia Dini pada Dinas Pendidikan Kota Solok Sumatera Barat. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Hanya Perempuan Biasa (Part 1)

Aku Hanya Perempuan Biasa (Part 1)

By : Desi Fatma

Tantangan Hari ke 62

#TantanganGurusiana

Aku baru saja selesai memandikan Faris anakku, saat terdengar motor Mas Danu memasuki pekarangan. Kulirik jam di dinding, masih pukul empat tiga puluh. Tumben Mas Danu pulang cepat, biasanya setelah Magrib baru sampai di rumah. 

Mas Danu bekerja di sebuah perusahan swasta. Ia termasuk karyawan yang sangat ulet. Menurut ceritanya, ia akan dipindahkan ke bagian pemasaran, tidak menjadi pegawai lapangan lagi. Aku sangat senang mendengarnya, itu artinya aku tidak perlu lagi ikut bekerja untuk membantu kebutuhan rumah tangga.

“Assalammualaikum.” Mas Danu mengucapkan salam sambil mengetuk pintu.

“Wa’alaikumussalam, iya Mas sebentar,” jawabku dari dalam kamar. Setelah memakaikan baju Faris aku segera membukakan pintu untuk Mas Danu.

“Tumben pulang cepat, Mas” tanyaku sambil mencium tangan Mas Danu.

“Aku mau istirahat dulu, tolong jangan diganggu,” sahut Mas Danu dengan sikap dingin sambil berlalu ke kamar.

“Oiya, tolong bangunkan aku setengah jam lagi,” ucapnya sebelum tubuhnya benar-benar hilang di balik pintu kamar.

“Iya Mas,” jawabku singkat.

Ada pertanyaan besar menggelayut di pikiranku, kenapa Mas Danu bersikap dingin seperti itu ? Dan kenapa ia pulang lebih cepat dari biasanya ? Apa mungkin ada kejadian di tempat kerjanya ? 

Dengan masih bertanya – tanya, aku melangkah ke dapur menyiapkan air panas untuk mandi Mas Danu. Sambil menunggu air mendidih, aku mengajak Faris bermain di teras depan agar suaranya tidak meengganggu Mas Danu yang sedang istirahat. 

Setengah jam kemudian aku masuk ke kamar untuk membangunkan Mas Danu. Namun aku tidak menemukan laki-laki tinggi semampai tersebut. Lalu aku menuju ke kamar mandi, siapa tahhu Mas Danu di sana. Namun di kamar mandi pun tidak ada. 

“Mas, kamu dimana ?” Aku mencoba memanggil Mas Danu.

“Aku di sini, Dik. Di belakang rumah.” Terdengar suara Mas Danu dari halaman belakang. 

Sambil menggendong Faris kuhampiri Mas Danu yang sedang duduk di pinggir kolam ikan. 

“Ternyata Mas di sini, pantesan nggak ada di kamar”

“Mas mau mandi dulu, biar kusiapkan air panasnya” kataku sambil ikut duduk di sampingnya.

“Ndak usah, biar aku ambil sendiri nanti, kamu silakan kembali ke dalam” jawabnya masih dengan sikap datar.

Melihat sikap dingin Mas Danu, aku tidak mau berlama-lama di dekatnya. Aku kembali ke dalam rumah, meskipun pertanyaan – pertanyaan tadi masih mengganggu pikiranku.

Setelah makan malam, Mas Danu mengajakku bicara di ruang tamu. Faris telah tidur di kamar, jadi aku bisa menemani Mas Danu di depan. 

“Mas mau aku buatkan kopi atau teh ?” tanyaku sebelum duduk di sampingnya.

“Ndak usah Dik, nanti saja Mas masih kenyang” 

“Sini duduk di samping Mas, ada yang mau Mas omongin” 

Aku tidak jadi melanjutkan langkahku ke dapur, dan langsung duduk di samping Mas Danu. Kuperhatikan sejak pulang kerja tadi, muka Mas Danu terlihat sangat kusut, sepertinya ia menyimpan beban yang sagat berat. 

“Rara...” Mas Danu memanggil namaku dengan pelan sekali.

“Iya, Mas,” jawabku singkat.

Kudengar Mas Danu menarik nafas dengan sangat dalam dan menghembuskannya dengan sangat keras. 

“Mas akan menceritakan sesuatu, tapi Mas mohon kamu jangan marah ya,” kata Mas Danu sambil menggenggam tanganku.

“Memangnya Mas mau cerita apa ?” tanyaku sambil menatap Mas Danu.

Manik mata kami saling beradu. Aku melihat duka yang sangat dalam dibening matanya. Aku semakin penasaran apa sebenarnya yang akan dikatakan Mas Danu.

Masih dengan menggengam tanganku, Mas Danu mulai bercerita. 

“Kamu masih ingat Anita, kan ?” tanyanya.

Aku hanya mengangguk. Tentu saja aku masih ingat, Anita kan anak satu - satunya Pak Brata, direktur utama di perusahaannya Mas Danu.

"Emangnya ada apa dengan Anita, Mas "

"Anita hamil, Ra" jawan Mas Danu sambil mengalihkan pandangannya.

"Hamil ? Bukannya Anita itu masih single ya Mas," tanyaku.

Mas Danu hanya mengangguk namun tetap mengalihkan pandangannya dariku. 

"Mas, kamu kok diam sih, emangnya siapa yang menghamili Anita ?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, Mas Danu malah membawaku ke dalam pelukannya. Namun kurasakan tubuh Mas Danu bergoncanng. Ternyata Mas Danu menangis.

"Loh, Mas kamu kenapa ? Kok malah nangis, emangnya ada masalah apa sih Mas?" 

Lagi - lagi Mas Danu membawa aku ke dalam pelukannya. Aku berusaha melepaskan diri.

"Mas, kamu kenapa ?" Kesabaranku mulai habis.

"Jangan bilang kamu yang menghamili Anita, Mas" kataku lirih sambil melepaskan diri dari pelukannya.

 

bersambung....

TantanganGurusiana 62

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jempol

17 Mar
Balas

Terima kasih Bu Fauziah

17 Mar

Ikut terbawa suasana ...bagus ibu...

18 Mar
Balas

Terima kasih Bu Herlina, sukses selalu

19 Mar



search

New Post